 |
| Sumber: blogcontent.yola.net |
Sebuah hasil survei mengungkap metode pembelian barang-barang non makanan. Survei yang dilakukan terhadap lebih dari 1.000 masyarakat Singapura ini mengungkapkan bahwa sekitar 85 persen responden mengakui sering mengunjungi toko fisik setidaknya sebulan sekali. Sementara hanya 49 persen yang memilih menggunakan toko online.
Survei yang dilakukan oleh konsultan CBRE Group pada Agustus 2014 juga menemukan bahwa 83 persen responden mengabiskan 51-500 Dollar per bulan untuk berbelanjad di toko fisik dibandingkan hanya 68 persen responden yang melakukannya secara online. Hasil survei ini menegaskan bahwa pertumbuhan toko fisik akan terus berkembang, tak kalah dengan toko online.
"Kebanyakan orang merasa perlu melakukan transaksi, dan mereka ingin mendapatkan kepuasaan secepatnya. Mereka perlu menyentuh dan merasakan, dan juga ingin mencoba pakaian," ungkap Helen Khoo, direktur eksekutif WingTai Asia, yang mengelola merek Topshop dan Dorothy Perkins.
Hal demikian juga diaminkan oleh konsumen Sham Ishak (36). Menurutnya, toko fisik tidak akan kehilangan daya tarik. Sham mengaku mengunjungi toko online setidaknya tiga bulan sekali, tetapi berbelanja ke toko fisik hampir setiap minggu. "Ketika Anda berbelanja online, Anda tidak dapat mencoba dan menyentuh item tersebut. Lagipula kita tidak tahu reputasi e-commerce maupun online marketplace tersebut," jelasnya.
Sebagai informasi, saat ini sudah banyak e-commerce maupun online marketplace Indonesia yang memiliki kualitas baik. Semua kebutuhan seperti fashion, gadget, bahkan hingga perlengkapan bayi online dengan mudah dapat dicari. Namun, terkadang masyarakat masih terperangkap dalam pola pemikiran bahwa berbelanja secara online tidak aman dan cenderung lama. Dari hasil survei ini juga menjelaskan bahwa bisnis online harus dilandasi oleh trust.
.png)
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment